Laman

Sabtu, 22 Desember 2012

RELA TERBAKAR DEMI ANAK


Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, dan dipublikasikan lewat media cetak Lian elektronik. Tersebut seorang pemuda yang cerdas, rajin dan cukup menyenangkan. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan. Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnva yang humoris dan gaya hidupnva yang sederhana membuat banyak teman-teman kantor senang bergaul dengan dia.

Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnva seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti luka yang baru mengering. rambutnya hanva tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul-betul seperti monster yang menakutkan. la jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting.


Walau keadaannya demikian, sang Ibu itu selalu setia melakukan pekerjaan sehari-hari. la layaknva ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. luga selalu memberikan perhatian yang

besar kepada anak semata wayang di rumahnya. Namun sang pcmuda sulit menerima memiliki seorang ibu yang cacat dan menyeramkan. Setiap kali ada temannya atau kolega bisnis yang bertanyasiapa WANITA CACAT di rumahnya, ia selalu menjawab, “Wanita itu adalah pembantu yang ikut ibuku dulu sebelum meninggal. Ia tidak punya saudara, jadi saya yang tamping, kasian…”

Ucapan sang anak ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang ibu. Tentu saja ibu itu sangat sedih. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnva. la semakin jarang keluar dari kamarnya, takut jika anaknya sulit untuk mmjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah hingga tidak mampu lagi bangun dari ranjang. Sang anak pun mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, curi pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya dikerjakan oleh ibu. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali).

Keadaan ini membuatnya semakin merasa jengkel dan suka marah-marah. Suatu hari, saat mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibu, ia melihat sebuah kotak kecil. Di dalam kotak itu hanya terdapat sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaannya sebelumnva. Dalam foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang itu memberitakan dengan redaksi sebagai berikut :

“SEORANG WANITA BERJIWA PAHLAWAN YANG TELAH MENYELAMATKAN ANAKNYA DARI MUSIBAH KEBAKARAN. DENGAN MEMELUK ERAT ANAKNYA DALAM DEKAPAN MENUTUP DIRINYA DENGAN SPREI KASUR BAWAH MENEROBOS API YANG SUDAH MENGEPUNG RUMAH. SANG WANITA, IBU MUDA MENDERITA LUKA BAKAR CUKUP SERIUS SEDANG ANAK DALAM DEKAPANNYA TIDAK TERLUKA SEDIKITPUN.”

Walau sudah usang, ia cukup dewasa untuk mengetahui siapa IBU MUDA cantik dalam foto dan siapa WANITA PAHLAWAN yang dimaksud dalam potongan Koran itu. Tiada lain watita itu adalah IBU KADUNGNYA. Sosok wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air matanya berderai tanpa dapat dibendung.

Dengan segenggam foto dan Koran usang tersebut, ia langsung bersujud di samping ranjang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis, ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibu pun menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya.

“Sudah nak, ibu sudah maafkan. Jangan diungkit lagi.”

Setelah sembuh, pemuda itu tidak lagi merasa takut membawa ibunya berbelanja di super market. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, ia tidak menghiraukan mereka. Peristiwa ini kemudian menarik perhatian wartawan. Dan membawa kisah ini ke media cetak dan elektronik hingga akhirnya tertuang dalam tulisan yang sedang and abaca ini.

(Disarikan dari buku kumpulan nasihat, “Surga Di Depan Mata” karya Ustadz Naufal bin Muhammad Al-‘Aidarus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar