Satu pertanyaan, apa yang harus kumaknai dari perubahan ini? Setiap detik berganti, membawa episode baru dalam ruas perjalanan hidup. Semua berlalu memasuki
ruang sejarah. Yang tertinggal hanyalah kenangan, yang walaupun itu
nikmat, tetaplah masa lalu. Seindah apapun pesonanya, ia hanyalah
sejarah yang pernah ada. Yang tak’kan pernah terulang sampai kapanpun.
Sementara aku harus siap melihat dan
menghadapi esok pagi. Yaitu hari dimana semua harapan ditumpahkan. Hari
dimana semua tenaga dikerahkan, segala perasaan diluapkan, segenap
do’a dipanjatkan. Hanya untuk satu tujuan, memaknai setiap detik dengan
segenap prestasi untuk menyempurnakan pengabdianku kepada-Mu, yaa
Robb.
Malam ini harus istimewa buatku. Saat
terbaik untuk merenungkan kembali rangkaian hikmah yang pernah ada.
Sebagai rujukan terbaik untuk menyegarkan kembali impian besarku,
gambaran cita-cita yang telah kupegang, segenap harapan besar orang
tua, serta kasih sayang mereka yang menyambutku dengan senyum bahagia
ketika aku lahir.
Jadi apa aku sekarang? Prestasi terbaik apa yang telah kucapai?
Apa yang telah aku persembahkan, untuk
melihat senyum terindah dari wajah ayah bunda, yang bangga memiliki
anak seperti aku? Sudahkah aku melihat indahnya tetesan air mata
keharuan dan hangatnya pelukan ayah bunda sebagai ekspresi kebanggaan
terhadap diriku? Sudahkah aku merasakan pesona nikmat Allah yang setiap
detik dianugerahkan kepadaku. Sudahkah aku merasakan indahnya
persahabatan dan ekspresi kebanggan sahabat terhadap diriku? Berapa
banyak orang yang tersenyum kembali karena kehadiran dan bantuan
dariku? Peran apa saja yang telah kuberikan kepada orang lain sehingga
diriku begitu penting di mata mereka?
Jika semuanya belum aku wujudkan, belum aku rasakan, lantas apa yang kulakukan selama ini?
Belum cukupkah waktu main-main seperti
saat aku masih anak-anak? Apakah masih kurang kesulitan yang kuterima
akibat kelalaianku mengabaikan waktu berharga? Belum cukupkah rasa
bersalah karena mengabaikan hikmah di setiap masalah yang kuhadapi?
Apakah belum cukup kesedihan ayah bunda
yang setiap saat melihatku bersikap semakin jauh dari harapan mereka.
Berapa sahabat lagi yang harus pergi karena keegoisanku, tidak siap
memelihara kesetiaan. Entah guru mana lagi yang mampu mengajariku
tentang kebaikan, karena selama ini aku yang selalu mengabaikan.
Ya, semuanya harus menjadi masa lalu
Detik ini adalah saat dimana aku harus
mengubah cara hidupku. Walaupun aku tak’kan tahu, sampai kapan Allah
memberi kesempatan hidup kepadaku. Tapi detik ini aku harus sadar,
bahwa apapun yang terbaik kulakukan sekarang bukan untuk menebus
kesalahan di masa lalu. Biarlah ia menjadi romantika yang pernah ada
dalam catatan perjalananku. Yang memberikan tanda petunjuk jalan untuk
tidak aku lalui kesekian kalinya.
Detik ini dan ke depan, aku hanya ingin
melihat yang terbaik untuk semuanya. Aku lukis buku impian yang baru.
Buku yang memuat daftar catatan yang harus aku wujudkan, yang
mengukuhkan jati diriku sebagai pemenang. Bukan untuk membanggakan diri
di hadapan orang lain, tapi untuk menyempurnakan keberadaanku sebagai
manusia yang dibekali nilai terbaik dari Allah.
Buku impianku, yang di dalamnya ada
gambar senyuman wajah ayah bunda yang dipotret sekian waktu silam. Saat
dimana ayah bunda sangat bahagia, melihat ekspresi lucu
putera-puterinya. Sekarang, saat kuhadirkan wajah itu dalam pikiranku,
kulihat wajah yang tidak secerah dulu lagi. Wajah yang penuh harapan
namun termakan usia, sisa-sisa pengorbanan yang bergitu besar, untuk
mendapatkan satu senyuman dari anaknya. Yang sedemikian tulus, kadang
pula harus menangis karena kekecewaan terhadap anaknya. Ayah bunda
terlalu terampil menyembunyikan perasaan gelisah, sedih, marah, kecewa.
Semuanya dibungkus dengan senyum hangat dan kelembutan, walaupun
terasa getir. Mereka sangat berwibawa yang tak mungkin dapat
kulukiskan. Mereka tidak meminta sesuatu kepadaku, karena terlalu
sayang dan khawatir permintaannya membuatku terluka bila tidak
kupenuhi.
Tapi aku tahu, ayah bunda juga manusia
biasa, yang pantas berharap besar agar anaknya menjadi pelita
kecemerlangan di keluarga, menjadi kebanggaan di masyarakat, menjadi
penyejuk di kala gundah, menjadi pencerah di kala senja, menjadi
perisai di akhirat kelak. Tidak pernah terucapkan, tapi kuyakini itu
ada….
Tak ada lagi waktu yang lebih tepat
berjuang untuk mereka, kecuali detik ini. Aku akan membayar dengan apa
saja untuk menebus pesona senyum ayah bunda. Aku sangat takut, pada
detik berikutnya—segala yang aku capai bukan lagi milik mereka...
Buku impianku, di dalamnya ada gambar
senyum bocah-bocah mungil. Tapi senyum itu kini sirna, digantikan
tangisan yang mengiris qalbu. Nan jauh di sana, mereka terluka, mereka
sakit. Mereka adalah korban berbagai keadaan yang tak kuasa mereka
hindari. Bahkan mereka tidak tahu, begitu kejam situasi yang merampas
keceriaan mereka. Aku tidak mungkin menutup mata, dengan alasan tidak
mampu membantu mereka. Aku harus mampu… HARUS. Di balik keceriaanku,
ada duka yang dirasakan orang lain, yang juga harus menjadi dukaku.
Karena betapa rendahnya diriku bila memelihara rasa egois. Aku harus
berharga dan menjadi solusi untuk orang lain.
Yaa Allah, teguhkan keyakinanku agar
mampu berikhtiar sebesar-besarnya, melakukan apapun yang haq di
sisi-Mu, sebagai wujud yang menyempurnakan pengabdianku kepada-Mu.
Aku harus bangkit…
Aku tulis PRASASTI AFIRMASI agar
senantiasa mengingatkanku dikala lalai,
membangkitkanku di kala aku
jatuh, mendorongku di kala aku lambat…
Aku HIDUP untuk IMPIANKU, aku BELAJAR untuk IMPIANKU, aku BERJUANG untuk IMPIANKU
Aku MENGETAHUI bahwa dalam perjuanganku
pasti ada HAMBATAN dan MASALAH.
Tapi aku juga MENGETAHUI, bahwa tanpa
bertindak pun pasti kutemukan MASALAH. Dan aku MEMILIH BERJUANG, APAPUN
MASALAHNYA.
Aku jadikan HAMBATAN dan MASALAH sebagai
TANTANGAN Yang HARUS AKU LEWATI.
Aku TIDAK TAKUT menghadapi KEGAGALAN.
Aku yakin, KEGAGALAN adalah satu TANGGA TERBAIK untuk MENCAPAI SUKSES.
Aku tidak mau MENDENGAR APAPUN KATA
ORANG,
Kecuali dukungan untuk MENCAPAI IMPIANKU.
Yang aku tau, bahwa
akulah yang paling bertanggung-jawab terhadap apapun yang terjadi pada
diriku, bukan orang lain.
SETIAP DETIK WAKTU yang kulalui adalah
PROSES MENUJU IMPIANKU.
Aku sambut CAHAYA PAGI menjadi PENYEGAR JIWAKU.
Aku hadapi SIANG menjadi PEMBAKAR SEMANGATKU.
Aku nikmati MALAM
menjadi PENEGUH KEYAKINANKU.
Yaa ALLAH, Engkau yang MENGENGGAM segala
KEMAMPUANKU.
Akan kubayar IMPIANKU dengan SEGENAP WUJUD PERJUANGANKU.
Aku ingin SEJARAH MENCATATKU DENGAN TINTA EMAS.
Aku persembahkan YANG
TERBAIK SEMUA.
Lebih baik hidup 1 hari sebagai singa yang garang, daripada 1 abad diinjak seperti cacing.
Lebih baik hidup 1 hari sebagai PEMENANG, daripada 1 abad sebagai pecundang.
Kututup catatanku detik ini…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar